Sastra Budaya

Sabtu, 06 November 2010

Mengapa Indonesia Dirundung Bencana

Sidik Purnama Negara (2010) telah mengidentifikasi wahana Indonesia dirundung bencana yaitu a) Bermegah megahan dan bermewah mewahan. b) Melanggar sumpah yaitu 1) Melanggar sumpah ke Ilahian, 2) Melanggar sumpah Pemuda (NKRI), 3) Melanggar sumpah Jabatan Hidup. c) Melanggar Amanat Nurani Kemerdekaan. d) Melanggar Pola Bahasa Rasa Dalam Program Negara. e) Meremehkan Pendidikan Leluhur, Budaya dan Jiwa Kepahlawanan. f) Hampir Menyembah Uang, Harta, dan Kekuasaan. g) Bercanda dengan Hakekat Peribadatan.
Bermegah-megahan dan bermewah-mewahan. Terlepas tepi tidak menampik pemikiran dan perkiraan dari Badan Metereologi dan Geofisika atau sejawatnya, catatan ini lebih mengacu kepada tata rasa hubungan kaum manusia dengan Tuhannya yang telah teruji secara pasti bagi yang meyakininya.
Hancurnya suatu bangsa itu ..., adalah karena sudah sangat suka bermegah-megahan dan bermewah-mewahan, sehingga melalaikan amanat perikemanusiaan dari Tuhan yang wajib tersalurkan melalui penyiaran murninya sikap rasa perasaan. Mau dan sanggupkah kita mengambil pelajaran dari kitab bencana yang telah dipertunjukkan oleh Tuhan? Bagi para bijaksana Gempa Bhumi dan Tzunami seharusnya tidak lebih dipandang sebagai nasehat dari ILLAHI. Jujurlah kita berkata "apabila dinasehati oleh gempa bhumi dan tzunami bangsa ini belum mau bersuci, memperbaiki jiwa dan sikap diri, apalagi bila hanya dinasehati oleh para pendeta, kiyai, dan bahkan para pemimpin negeri" Lalu apakah kita harus akan siap dinasehati oleh bapak dan kakek Moyangnya Gempa Bhumi dan Tzunami yang besar dan tingginya melebih lebihi dari yang sudah terjadi?
Cobaan adalah cobaan yang lebih cenderung kepada pembentukan sikap sabar dan suburnya dalam pengha- dapan keluhuran jiwa bangsa, namun bencana adalah bencana yang lebih cenderung kepada sikap semakin meronta dan tidak mau iklas menerima kecuali dengan terpaksa yang berakibat adzab dan penistaan jiwa raga bangsa. Keduanya tentu tergaris oleh batas benang hayat merah, diantara yang hitam dan putih. Artinya, kita harus bisa membedakan dalam rasa hayati tragedi demi perbaikan Nusantara ini...
Melanggar sumpah. Tidak ada yang lebih tepat dalam mengatasi problematika hidup baik pada diri maupun bangsanya, kecuali membaca melalui sucinya hayat yang melekat pada pribadinya, dan terkonsultasi dengan sesama pribadi  yang sama sama mau menhayati pribadinya, dan selanjutnya terimbangi dengan upaya raga pribadi dan sesama pribadi yang sama niatnya, dan selanjutnya bersandar kepada yang Maha Kuasa.
Melanggar sumpah KeILLahian. Tri Prasetia Manusia sesungguhnya adalah ikatan sumpah ke-ILLahian setiap manusia dengan Tuhannya. Manusia adalah makhluk mulia, manusia adalah makhluk pemimpin, dan manusia adalah makhluk yang sempurna, itulah tri prasetia manusia. Bagi manusia yang betul betul sudah bergulat dengan iman  kepada Tuhan Yang Maha Esa, tri prasetia ini adalah dipandang sebagai sumpah Ilahiah yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhannya oleh setiap manusia. Sumpah ini jelas harus diyakini berlaku dari manusia hendak terlahir dan hingga hari akhir. Tidak ada manusia yang tidak terikat dengan sumpah Ilahi ini atau merasa bebas dari mulai hidup hingga matinya, kecuali yang mengambang atau terapung apung imannya. Adapun tarjer (jerat tali asih) dari Tri Prasetia atau sumpah keilahian ini adalah Takwa. kepada Tuhan Maha Esa. Bukan kepada pikiran yang terhinggap nafsu pulsa dalam bertakwa, bukan palsu dalam bertakwa itulah sesuatu yang harus dibeli oleh setiap manusia, untuk memenuhi janji sumpah tri prasetia manusia.  Terlepas dari memandang bentuk suku bangsa, agama,  dan negara, tanpa kecuali setiap  manusia harus bertakwa dalam kolom keTuhanan Yang Maha Esa. Andaikata manusia bisa hinggap di sejuta bintangpun atau dirembulan dan atau dimatahari sekalipun, tetap manusia itu harus bertakwa kepada Yang Esa karena dasar Tri Prasetia Manusia atau sumpah keilahian. Mengapa? sebab bulan, sejuta bintang, bhumi, dan  mata hari adalah Milik Tuhan Yang Maha Esa. Sekali-kali setiap manusia itu tidak mungkin bisa berlari untuk menghindar dari gegngaman Tuhan YME, dan harus mempertanggungjawabkan Tri Prasetianya.
Melanggar Sumpah Pemuda. Apabila Bangsa Indonesia ingin selalu sehat secara moral, material, dan sepiritual, kita memang harus terus menerus menseimbangkan alam pikir dan hayat, atas anugrah bhumi Indonesia yang penuh misterial. Kecuali bangsa Indonesia yang kurang berjiwa kebangsaan alias individual atau hidup di bhumi hanya sekedar numpang minum dan makan, pasti akan mau menghayati dan selanjutnya akan mengakui dan meyakini bahwa alam raya Indonesia adalah alam yang penuh misterial. Apa diantaranya yang misterial itu? diantaranya yang misterial itu ialah; Bangsa Bumi Nusantara atau Indonesia hanya bisa disatukan apabila berlandaskan sumpah yang bertujuan meningkatkan perikemanusiaan, yang tetunya mengacu kepada Kegotong-royongan.
pembuktian ini terlihat sangat jelas. Selama 350 tahun Indonesia berada di cengkraman penjajah setelah runtuhnya kerjaan Majapahit. Indonesia hanya mau dan bisa bersatu kembali setelah 17 tahun dilaksanakannya Sumpah Pemuda  pada tanggal 28 Oktober 1928, ini adalah fakta yang sulit dibantah dengan kata kata serta logika. sedangkan isi inti sumpah pemuda ialah menyatakan persatuan rasa bangsa mengenai pengukuan satu tanah air, bangsa, dan bahasa kesatuan yang satu, yaitu Indonesia. Sudahkah kita melaksanakan sepenuhnya?
       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar