Sastra Budaya

Kamis, 04 November 2010

Penghidupan

Jerit tangis telah membasahi bumi pertiwi, lirih sudah dengung bisikan manis.
Tuhan sungguh Maha mendengar, Tuhan sungguh Maha Mengetahui, isak tangis terdengar, rintih bumi dikethui, jutaan fakta tindakan manusia ditangannya. Fakta bisnis telah banyak meninggalkan amanat mulia. Fakta bisnis telah banyak menimbulkan kesenjangan. Berjuta bangsa miskin yang telah terpedaya dan terombangambingkan, bahkan diperlebih miskinkan.
Melihat, mendengar pelecehan amanat kemuliaan, seketika Tuhan menurunkan tindakan peringatan. Sekarang tahun 2010 alam sedang bicara dan berubah sikapnya. Angin yang biasanya menyejukkan, berubah menjadi badai topan. Air yang biasanya menyegarkan berubah kebanjiran. api yang biasanya menghangatkan dan memanaskan berubah menjadi bara membakar hutan dan perumahan bahkan merenggut nyawa orang. Bumi yang biasanya tenang berubah menjadi gempa mengguncang. Bisikan manis berubah menjadi bisikan nista. Tahun 1997 terjadilah krisis keuangan, bangkrutlah beberapa perusahaan, para wajah pemuka kaya banyak tersunat asset kayanya, letih,  lesu, resah, susah sudah, suasana tak ramah tanpa gagah kecuali hanya sok gagah. Msihkah bisnis dicanangkan? Mengapa akal budi pikiran tidak bisa capat mengatasinya? Ketahuilah hidup bukan untung-rugi, tidak dicaripun untung dimiliki, dielakkpun rugi terjadi.
Sungguh ini bukti bahwa hidup bukan akal pikiran saja , uang segudang tidak bisa menghentikan angin topan. Harta tidak bisa membendung air seketika. Cantik tidak terpikirkan, gagah bisa jadi sampah, mari kita bersandar kepada Penciptanya. Yakinlah bahwa hidup sedang bertugas mulia. Pasrahlah setiap hendak bertindak. Diujung abad 20 dan awal abad 21 patut tercatat sejarah peringatan Tuhan yang hendak menuju ke Abad Kemulian.
Sejarah wajib diperhatikan demi meningkatkan mutu hidup kemuliaan, sejak zaman adam (manusia pertama) sampai sekarang apabila sewaktu di bhumi terjadi penyimpangan amanat kemuliaan, apalagi telah mengarah kepada penyekutuan, pasti kutukan segera diturunkan. Ungkapan ini adalah fakta yang bercermin kepada sejarah demi hikmah, hikmah dari sejarah." Sesungguhnya hidup tidak bisa lepas dari kejujuran, sesungguhnya hidup tidak bisa lepas dari penghayatan" lapang dada itulah tempat kejujuran dan penghayatan. Diakui atau tidak banyaknya kejanggalan kata dalam rasa adalah ciri tergesernya kejujuran dan penghayatan. Sebaiknya anak turun adam (manusia dewasa) tidak berkata   "orang orang yang tidak berdosa" Sebaiknya anak turun adam tidak mengatakan "orang yang tidak tahu apa-apa" Pengakuan atau kejujuran telah berubah menjadi ke Akuan (harusnya saya). Jujurlah semua orang penuh Dosa dan Pahala. Semua orang tahu apa apa tentang tindakannya. Penghidupan (makanan), sungguh sangat berdampak pada ucapan dan tindakannya.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar